Pages

Tuesday, June 4, 2024

Carlo Ancelotti : Pemain legenda AS Roma dan AC Milan

Don Carletto, lahir pada 10 Juni 1959 di Reggiolo, sebuah kota berpopulasi kurang dari 10.000 penduduk di Italia. Sebagai pemain, ia memulai karir mudanya saat umur 14 tahun di klub kotanya, Reggiolo. 

Dua tahun menimba ilmu di Reggiolo, ia pindah ke Parma dan melanjutkan program usia mudanya. Di Parma, Ancelotti diplot untuk beroperasi sebagai gelandang serang di bawah kepelatihan Cesare Maldini. Debut profesional Ancelotti dimulai di tahun 1976 saat usianya 18 tahun.

Pada musim 1978–1979, Parma mengamankan posisi kedua Serie C1 dan berhak untuk mendapatkan jatah play-off untuk masuk ke Serie B. Dalam pertandingan play-off melawan Triestina, Ancelotti mencetak 2 gol yang memberikan Parma kemenangan 3–1 sekaligus promosi ke Serie B.

Kemenangan itu membuat AS Roma kepincut dan memboyongnya di musim 79–80. Inilah debutnya bermain di Serie A. Dua tahun pertama bermain di AS Roma, ia memenangkan Coppa Italia secara berturut-turut. Posisi bermainnya saat di AS Roma menjadi lebih mundur ke belakang, menjadi gelandang tengah yang sedikit lebih bertahan.

Kecemerlangan Ancelotti yang membawa AS Roma juara Coppa Italia di tahun 1981 berbuah panggilan ke timnas Italia. Ia mencatat debut pada Januari 1981 di bawah pelatih Enzo Bearzot saat pertandingan persahabatan melawan Belanda. Ia menciptakan gol perdana pada debutnya saat itu. Ironisnya, itulah satu-satunya gol yang ia ciptakan saat bersama tim nasional Italia.

Bakat dan talenta Ancelotti muda sudah tercium dan ia pun dipersiapkan untuk masuk squad Piala Dunia 1982. Sayangnya, cedera lutut menghempaskan mimpi Carletto, ia gagal masuk squad Piala Dunia 1982. Saat itu sendiri, Italia menjadi juara dunia dalam gelaran yang dihelat di Spanyol.

Balik ke klub, Ancelotti mengantar AS Roma meraih scudetto pertamanya pasca perang dunia di musim 82–83. Ini juga menjadi scudetto pertama Ancelotti sebagai pemain. Gelar sebagai juara kompetisi Italia ini menjadi tiket AS Roma bermain ke level kompetisi Eropa.

Di kompetisi Eropa, Ancelotti berkesempatan meraih trofi Liga Champions (dulu Piala Champions) pertamanya sebagai pemain pada musim 83–84. Sayangnya, Roma dikalahkan Liverpool di partai final yang dihelat di stadion Olimpico, markas AS Roma sendiri. Ancelotti sendiri absen di partai puncak lantaran cedera lutut.

Ia lalu menambah lagi koleksi gelar Coppa Italia untuk tim serigala ibu kota di musim 83–84 dan 85–86. Pada tahun 1985, Ancelotti diplot sebagai kapten tim oleh pelatih Sven-Goran Eriksson. Sayang, ia gagal mengantar AS Roma scudetto di musim 85–86 karena hanya finish di urutan kedua di belakang Juventus.

Ancelotti masuk dalam skuad Italia untuk Piala Dunia 1986 di Mexico. Berstatus sebagai juara bertahan, Italia berada di grup A bersama dengan Argentina.

Sayangnya, Italia gagal mempertahankan gelar juara dunia setelah disingkirkan Prancis di babak eliminasi 16 besar Piala Dunia 1986 Mexico. Ancelotti sendiri tidak sekalipun mendapatkan kesempatan bermain di Piala Dunia 1986 oleh pelatih Italia saat itu Enzo Bearzot. Di tahun tersebut justru tim segrup Italia, Argentina, yang menjadi juara dunia dengan Diego Maradona.

Memasuki usia emas pemain sepakbola, di usia 28 tahun atau di musim 1987, ia pindah ke AC Milan. Di klub inilah ia menghabiskan karir sepakbolanya hingga pensiun.

Pada musim pertamanya di musim 87–88, ia langsung mengantar Milan scudetto di bawah kepelatihan Arrigo Sacchi (yang juga menjadi musim perdananya melatih AC Milan). Itu adalah scudetto ke-11 Milan.

Di Milan, ia bermain bersama pemain legenda lainnya. Seperti Gullit, Van Basten, Galli, Baresi, Tasotti, dan juga calon legenda Milan, anak dari pelatihnya di Parma dulu, Paolo Maldini.

Status sebagai juara Italia musim 87–88 mengantar Milan berhak main ke kompetisi Eropa di musim berikutnya. Ini adalah kompetisi Eropa kedua Ancelotti setelah sebelumnya bersama AS Roma.

Ancelotti menjadi tulang punggung Italia di Euro 1988 Jerman Barat yg dilaksanakan pada 10–25 Juni 1988. Ia bermain full sebagai gelandang tengah di fase grup melawan Jerman Barat, Spanyol, dan Denmark.

Sayangnya, ia gagal mengantar Italia ke final setelah pertandingan semifinal berakhir dengan kemenangan Uni Soviet dengan skor 2–0. Euro 1988 sendiri saat itu dimenangkan oleh Belanda yang diisi oleh dua kompatriotnya di Milan: Gullit dan Van Basten.

Pasca Euro dan Balik ke AC Milan, Carletto meraih gelar Eropa pertamanya. Kali ini ia bermain di partai final dan membantu AC Milan menghancurkan Steaua Bukares dengan skor 4–0.

Sayangnya, mereka gagal mempertahankan Scudetto di musim itu dan hanya finish di posisi ketiga di belakang Inter Milan dan Napoli. Namun dengan status sebagai juara Champions Cup, Milan tetap berhak lolos ke Champions Cup musim berikutnya sementara Napoli yang berada di peringkat kedua masuk ke UEFA Cup musim berikutnya.

Mengawali musim 89–90 di bulan November 1989, sebagai juara Eropa, Milan melawan Barcelona sebagai juara Piala Winners dalam Piala Super Eropa (European SuperCup). Dengan format home away, Milan meraih Piala Super Eropa perdananya dengan skor agregat 2–1. Ancelotti sendiri tidak berpartisipasi di dua partai tersebut lantaran cedera.

Piala Dunia 1990 menjadi turnamen akbar terakhirnya bersama tim nasional Italia. Pada perhelatan yang digelar di Italia itu, Ancelotti masuk dalam skuad Italia. Namun, ia hanya bermain 3 kali dengan total 161 menit bermain. Ancelotti mengantar Italia ke semifinal, tapi ia tidak dimainkan saat pertandingan semifinal yang dimenangkan Argentina lewat adu penalti.

Ancelotti lalu dimainkan di pertandingan klasik melawan Inggris di perebutan juara 3 Piala Dunia dan berhasil membawa Italia memenangkan pertandingan tsb dengan skor 2–1.

Di AC Milan, Ancelotti merasakan naik turun karir seperti roller coaster. Cedera lutut, umur menua, dan juga sdang naik daunnya Dimitrio Albertini membuatnya memutuskan pensiun di umur 33 tahun. Tahun terakhirnya bersama AC Milan di tahun 1992, ia masih mengantar klub itu scudetto di bawah arahan pelatih Don Fabio Capello.

Total ia mengantar Milan 2x juara UEFA Supercup, 1x juara Piala Intercontinental, 1x juara Supercup Italia, 2x Scudetto, dan 2x juara Eropa. Sebagai apresiasi karirnya, AC Milan melakukan pertandingan persahabatan melawan Brazil sebagai pertandingan perpisahan Ancelotti.

Ancelotti banyak mendapatkan ilmu dari pelatih-pelatihnya selama bermain, sebut saja Cesare Maldini (saat di Parma), Fabio Capello (saat di AS Roma), Azeglio Vicini dan Enzo Bearzot (saat di timnas Italia), namun ia tak bisa melupakan jasa Arrigo Sacchi, pelatih pertamanya di Milan yang sukses membawa Milan juara Champions dua kali. Bersama Arrigo Sacchi pula lah, Ancelotti mengawali karir kepelatihan sebagai asisten pelatih Sacchi untuk tim nasional Italia pada tahun 1992–1995.


Sumber :

https://medium.com/@nihaqus/carlo-ancelotti-part-1-pemain-juara-3b051562c6cf

No comments:

Post a Comment

Ollie Watkins, Sang Pahlawan Timnas Inggris

Penyerang Ollie Watkins jadi pahlawan Inggris saat memastikan lolos ke final Euro 2024. Berikut profil Ollie Watkins. Watkins mencetak gol p...